Selasa, 01 Juli 2008

Solusi Bangsa

Harapanku pupus. Saya baru mulai yakin akan dapat membangun masa depan lebih baik. Ternyata harga minyak sekarang dinaikkan, harga pangan juga sudah sangat mahal.

Pesan singkat lewat telepon genggam itu masuk pada Subuh beberapa hari lalu. Pengirimnya seorang ayah muda dengan dua anak. Ia sebenarnya cukup ahli dalam urusan komputer. Tapi, ia tak mampu mengaktualisasikan keahliannya. Dalam setahun terakhir ia menganggur. Ia hanya bertopang pada mertua yang masih mampu hidup sederhana dengan mengontrakkan rumah petak. Sebuah ketergantungan yang rapuh. Kemampuan para pengontrak pun semakin menurun di saat-saat ini.

Kita akan kalah bila berpikir kalah. Kalau mau menang, mari berpikir menang sesulit apa pun kehidupan yang harus kita hadapi. Penyemangat itu yang mungkin dapat dilakukan buat merespons kegalauannya. Persoalannya: selain memberi motivasi, apa solusi konkret yang dapat ditempuh untuk mengatasi keadaan terpelik yang pernah dihadapi bangsa selama ini? Banyak sosok pemimpin di negeri ini. Tentu masing-masing telah berupaya untuk mencari solusi persoalan ini. Termasuk sosok seorang pemimpin yang saya kenal sejak 1985. Saat ia menjadi figur pengusaha muda yang sukses membangun perumahan rakyat, juga membangun bisnis perikanan yang mampu menyejahterakan ribuan keluarga nelayan.

Tahun 1990, ia memercayai saya untuk membangun koran alternatif yang dapat menampung publik yang tak tersalur oleh media yang ada. Ia yang membeli gedung dan memodali pembangunan sistem. Ia yang selalu antusias membantu para aktivis muda, baik secara finansial maupun dukungan lainnya, untuk tampil menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Didik J Rachbini, Saifulah Yusuf, Anas Urbaningrum, dan banyak pemimpin muda lain akan selalu menyimpan namanya dalam ruang yang khusus di hati. Kecuali bagi kalangan yang mengenalnya secara dekat, sekilas tak ada yang luar biasa darinya. Maka, saat ia memasang iklan besar-besaran yang memuat dirinya sekarang, banyak yang bertanya-tanya. Apa yang ia inginkan? Apakah ia mengincar kursi presiden di pemilihan 2009 mendatang?

Ia menggeleng. Ia menyebut, iklan besar-besaran di peringatan seabad Kebangkitan Nasional ini lebih untuk membangkitkan kesadaran bersama tentang kebangsaan. Masalah kita, disebutnya sangat serius. Hingga kini ia mengaku belum punya solusi atas rumitnya persoalan bangsa. Seorang pemimpin hanya layak maju menjadi presiden bila punya solusi yang jelas atas persoalan bangsa. ''Apa gunanya maju menjadi presiden kalau tak punya solusi jelas atas persoalan bangsa?'' katanya. Bila demikian, presiden tak akan lebih dari sekadar kursi kekuasaan yang tak akan membawa manfaat apa pun buat menyejahterakan rakyat yang hidup susah dan dapat semakin susah.

Sudut pandang itu tidak lazim. Tetapi, ia telah menyampaikan pesan yang sangat penting: Para pemimpin hendaklah tak sibuk berebut kekuasaan politik. Mari sibuk membuat solusi bagi bangsa ini. Dengan begitu, kompetisi kepemimpinan nasional mendatang bukan kompetisi jegal-menjegal, melainkan kompetisi buat memberi solusi kesulitan hidup keluarga muda yang merasa putus harapan itu dan jutaan keluarga miskin Indonesia lainnya. Dengan caranya sendiri, ia mengingatkan semua agar berpacu memberi solusi bagi bangsa ini. Siapa pun pemimpin yang punya solusi terbaik, dialah yang layak menjadi presiden mendatang. (Zaim Uchrowi )

Tidak ada komentar: